About

STAIN KEDIRI

STAIN KEDIRI
USHULUDDIN

Kamis, 03 Desember 2015

konsep dosa dalam kristen dan Islam



konsep dosa dalam kristen dan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama  adalah suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh manusia sebagai penganut agama tersebut. Di Indonesia sendiri  terdapat beragam agama dan memiliki ideologi yang sangat berbeda-beda bahkan ada yang bertolak belakang antar agama, sementara salah satu sifat manusia adalah berinteraksi dengan mahluk lain. Secara tidak langsung antar manusia beragama pasti memiliki hubungan baik dalam pengenmbangan ideology, pendidikan, sosial dan lain- lainnya. Sebagai agama yang dianut oleh mayoritas munusia di dunia ini, Islam dan Kristen merupakan agama yang selalu di sandingkan dan diperbandingkan ajarannya. Karena dalam Islam sendiri menjelaskan tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Kristen. Mulai dari masalah keTuhanan, Nabi, dan kitab sucinya umat Kristen.
Kejadian ataupun ajaran yang ada dalam Injil bisa kita temukan di dalam al-Qur’an, walapun antara pandangan al-Qur’an dan Injil tentang hal-hal tersebut kadang berbeda. Salah satu yang menarik untuk dikaji adalah masalah dosa yang terdapat dalam Islam dan Kristen. Konsep dosa tersebut dijelaskan dalam kitab suci kedua agama tersebut.
Dalam Kristen masalah dosa merupakan bagian pokok ajaran yang harus diimani, karena hal tersebut terkait dengan lahirnya Yesus sebagai anak Tuhan, sebagai penyelamat manusia, dan pengorbanan Yesus di tiang salib atas dosa asal manusia yang ditimbulkan oleh Adam dan Hawa. Sedangkan Islam memandang dosa lebih sederhana karena perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia merupakan tanggungjawab individu masing-masing di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, tulisan ini akan membahas bagaimana konsep dosa dalam Islam dan Kristen yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Injil, serta akan membandingkannya.
  1.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep dosa waris dalam kristen?
2.      Bagaimana pertentangan ayat di Alkitab tentang Dosa Waris?
3.      Bagaimana konsep dosa dalam Islam?


BAB II
PEMBAHASAN
  1. Konsep Dosa dalam Kristen
Permasalahan dosa dalam agama Kristen merupakan satu pokok ajaran yang wajib diimani oleh setiap umat Kristiani. Ajaran pokok ini adalah “Pengakuan Iman Rasuli”, yang merupakan kredonya umat Kristen, Pada poin kesepuluh dari pengakuan tersebut disebutkan “Pengampunan Dosa”. Ajaran “Pengampunan Dosa” ini berpangkal pada ajaran tentang “dosa warisan serta penebusannya”. Persoalan dosa, yang merupakan prinsip dasar dalam kepercayaan Kristen ini tidak telepas tentang keadilan Tuhan, serta peran Adam dan Isa al-Masih. Hal ini menjadi sesuatu yang selalu didiskusikan, keadilan tuhan merupakan keadilan alamiah, dan Adam diyakini sebagai manusia pertama yang menyebabkan seluruh manusia berdosa, dan Yesus dipercaya sebagai penebus dosa seluruh umat manusia tersebut. Ada tiga unsur dasar pemahaman Kristen tentang dosa :
Pertama, keadilan Tuhan yang merupakan keadilan alamiah. Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosa tanpa memungut ganti rugi, sebab hal itu bertentangan dengan norma-norma keadilan mutlak. Sifat Tuhan yang inilah kemudian membuat penting bagi Kristen tentang dosa, khususnya penebusan dosa. Kedua, manusia berdosa karena Adam dan Hawa telah melakukan dosa. Sebagai akibatnya anak turunan mereka mulai memperoleh dosa warisan, seolah-olah dosa-dosa itu telah ditanamkan dalam gen-gen mereka, semenjak itu, semua anak adam lahir sebagai penanggung dosa turunan. Ketiga, seorang manusia berdosa tidak dapat menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain, hanya seorang yang tidak berdosalah yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas mengapa menurut pemahaman Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat mensucikan umat manusia dari dosa atau menyelamatkan mereka darinya serta akibat-akibatnya. Sebagai seorang anak Adam, nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan, yang dengannya dia telah dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh ajaran tersebut.[1]
Dalam hal ini, dosa warisan yang diwariskan oleh Adam dan Hawa ketika di taman Firdaus ditanah Eden melanggar larangan Tuhan, yaitu memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Sejak saat itu Adam dan Hawa diusir Tuhan ke dunia karena telah berbuat dosa, yang mengakibatkan anak cucunya juga ikut berdosa yaitu memikul “dosa warisan”. Demi untuk menyelaraskan antara sifat Keadilan Tuhan dan sifat belas kasihan Tuhan, maka Tuhan lalu menyuruh anak-Nya Yesus turun ke dunia menjelma menjadi manusia untuk disalibkan sebagai pengantara (korban Penebus Dosa) tersebut. Dengan demikian manusia bisa terbebas dari Dosa Warisan beserta hukuman-hukumannya.
Permasalahan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam al-Kitab, antara lain;
Kitab Kejadian (2):15-17;
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Kitab Kejadian (3):23-24;
Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Kitab Kejadian (3):16;
Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Kejadian ini, pada dasarnya telah diketahui oleh Tuhan sejak awal. Tuhan telah mengetahui bahwa suatu saat manusia sangat rendah nilainya sehingga tidak dapat berkomunikasi sewajarnya dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan (Tri Tunggal) membuat kesepakatan untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Akan tetapi, hal tersebut bisa terjadi jika terpenuhi syarat-syarat penyelamatan tersebut. Syarat tersebut adalah terjadinya perjanjian antara Tuhan Bapa yang memberikan jalan dan syarat penyelamatan dan Allah anak yang sanggup untuk memenuhi syarat penyelamatan tersebut. Sedangkan Roh kudus yang akan menyampaikan penyelamatan tersebut pada seluruh manusia. Tanpa kerjasama dari ketiga Tuhan tersebut manusia tidak mungkin bebas dari dosa.[2]
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa peran Yesus sebagai Tuhan Anak sangatlah penting dalam proses penyelamatan dosa manusia. Tuhan Anak yang disebut juga sebagai anak-Nya yang tunggal tersebut, sengaja dikirim ke dunia untuk menjadi kasih bagi umat manusia. Hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Yohanes (3): 16 ;
“Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Dia telah menganugrahkan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasah melainkan memperoleh hidup yang kekal.”[3]
Di dalam kitab efesus (5): 2, disebutkan;
“Dan hiduplah didalam kasih, sebagaiman Kristus Yesus telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Dalam Mazmur (Mzm. 51:7) dijelaskan bahwa dosa merupakan sesuatu yang kita miliki sejak dalam kandungan, tidak saja sebagai perbuatan yang kita lakukan semasa hidup.
Ajaran Paulus tentang penebusan dosa oleh kematian Yesus di tiang salib adalah untuk memenuhi kembali neraca keadilan dan kebenaran Tuhan. Manusia telah berdosa sehingga hubungan manusia dengan Tuhan terganggu, perdamaian hanya dapat dipulihkan apabila hukuman ditimpakan atas dosa manusia. Maka Yesuslah yang memenuhi tuntutan keadilan itu, yaitu dengan memikul penderitaan berupa hukuman sebagai pengganti hukuman yang harus ditimpakan kepada seluruh manusia, karena seluruh manusia berdosa.[4]
Oleh sebab itu, dalam kepercayaan Kristen hal ini merupakan suatu yang tertanam dalam hati dan keimanan yang kuat tentang pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus tersebut. Berhubungan dengan ajaran Kristen tentang dosa warisan yang terdapat dan melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan menjadi suci selama tidak menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan dirinya diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya dengan pengakuan ini, seseorang dapat menuju pada pembersihan diri yang sebenarnya dan akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha membangun hubungan spiritual dengan Yesus Kristus. Dengan demikian, roh manusia akan mendapat limpahan dari roh Yesus Kristus yang penuh dengan rahmat, kebaikan, serta kasih sayang.[5]
  1. Pertentangan Ayat Di Alkitab Tentang Dosa Waris
1.      Pada kitab “Nabi Yehezkiel” pasal 18 ayat 20 (Yehezkiel 18:20) dijelaskan bahwa “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”. Dalam ayat ini jelas menentang ajaran Kristen yang menyatakan bahwa setiap manusia sejak dilahirkan sudah memikul dosa seperti dijelaskan dalam Mazmur pasal 51 ayat 7 (Mzm. 51:7).[6]
2.      Dalam Surat kiriman Paulus kepada orang Roma pasal 5 dan 6 (Rm. 2:5-6) disebutkan bahwa “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu dimana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan (5). Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya (6).”
Ayat itu menjelaskan bahwa setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing, jadi bukan karena dosa waris.[7].
3.      II Tawarikh 25:4 Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: “Janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.”
4.      Yeremia 31:29-30 Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri, setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.
5.      Matius 19:14 Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Ayat diatas merupakan salah satu bukti bahwa setiap anak lahir dalam keadaan suci. Sama seperti dalam Islam. Mengapa?. Karena Yesus mengucapkan ayat ini sebelum disalib. Sedangkan konsep penebusan dosa lahir setelah Yesus disalib. Dimana para oknum Kristen menganggap pembunuhan Yesus sebagai penebusan atas dosa mereka. Yang menjadi pertanyaan apakah Yesus berpendapat demikian?. Bagaimana mungkin orang yang berdosa menanggung dosa orang lain?.
6.      Matius 16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya

  1. Konsep Dosa dalam Islam
            Islam meyakini bahwa setiap bayi yang lahir dalam keadaan suci, putih ruhaninya dan tanpa dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Terjemahannya :
“Rasulullah SAW bersabda: setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi”. (HR. Bukhari)
Fitrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah bersih suci tanpa dosa, jiwa yang fitrah memiliki kelembutan hati, mengenal Tuhannya dengan benar, takut kepada Allah, mudah menerima kebenaran, cendrung kepada kebaikan, menjauhi perbuatan dosa, dan merasa tenang hidupnya. Seiring dengan bertambahnya umur manusia semua perbuatan manusia tersebut berdampak kepada baik dan buruk, yang kemudian menimbulkan dosa dan pahala.
Berbicara masalah dosa dalam Islam, maka tidak terlepas dari diri manusia itu sendiri. Masalah ini sangat erat kaitannya dengan hakikiat manusia dan kehidupannya. Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti ada yang baik dan ada yang buruk, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Begitu juga dengan manusia, tidak semua manusia selalu baik, akan tetapi peran manusia dalam kehidupan di dunia ini yang akan menetukan baik dan buruknya manusia tersebut di hadapan Sang Pencipta. Dalam artian lahirnya manusia ke dunia ini merupakan sebuah tantangan dalam menentukan kehidupannya dalam kebaikan atau keburukan di hadapan Allah. Manusia di beri pengetahuan oleh Allah, sebagai pembeda manusia dengan ciptaan-ciptaan Allah lainnya di bumi ini. Pengetahuan yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah bagian dari potensi yang menjadi alat manusia untuk melakukan dosa disamping kebaikan. Maka manusia dengan pengetahuannya diberikan peluang untuk menentukan pilihannya dalam menggunakan potensinya itu. Jika pengetahuan yang dimilikinya itu digunakan untuk kebaikan, maka kebaikan pula yang akan diterima oleh manusia. Demikian juga jika pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk kejahatan, maka keburukanlah yang akan menimpanya.[8] Sebagaimana yang di jelaskan dalam al-Qur’an bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun selain apa yang telah dia usahakan.
br&ur }§øŠ©9 Ç`»|¡SM~Ï9 žwÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ  
Terjemahannya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (QS. An-Najm [53] : 39)
Demikianlah penjelasan al-Qur’an tentang perbuatan manusia, bahwa seseorang sangat tergantung dengan perbuatannya sendiri. Orang yang berdosa adalah dari hasil perbuatannya sendiri, begitu juga dengan orang yang mendapatkan pahala, adalah dari hasil perbuatannya sendiri. Dari keterangan al-Qur’an tersebut, dapat dilihat bahwa konsep dosa dalam Islam sangat terkait dengan individu manusia itu sendiri. Sebagaiman disebutkan juga dalam ayat lain, yaitu;
Ç`¨B 3ytF÷d$# $yJ¯RÎ*sù ÏtGöku ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù @ÅÒtƒ $pköŽn=tæ 4 Ÿwur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 3 $tBur $¨Zä. tûüÎ/ÉjyèãB 4Ó®Lym y]yèö6tR Zwqßu ÇÊÎÈ  
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. Al-Isra’ [7]: 15)
Walaupun manusia berdosa bukan berarti manusia tidak bisa terbabas dari predikat tersebut. Dengan berusaha untuk menyadari akan perbuatan dosanya tersebut, manusia diberi kesempatan untuk menuju keluhuran harkat dan martabatnya di hadapan Allah. Dalam hal ini al-Qur’an mengajarkan agar selalu memohon ampun kepada Allah Swt. Atas segala dosa yang dilakukannya. Dan al-Qur’an juga memberitahukan bahwa Allah Maha Pengampun dan maha Pengasih, sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-nisa’ ayat 110 ;
`tBur ö@yJ÷ètƒ #¹äþqß ÷rr& öNÎ=ôàtƒ ¼çm|¡øÿtR ¢OèO ̍ÏÿøótGó¡o ©!$# ÏÉftƒ ©!$# #Yqàÿxî $VJŠÏm§ ÇÊÊÉÈ  
 Terjemahannya :
“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa’ [4]: 110)
4 `tBur öN©9 ó=çGtƒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ  
“Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Hujurat [49]: 11)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa konsep dosa dalam Islam, merupakan dosa yang dikarenakan perbuatan melanggar ketentuan dan ajaran-ajaran Allah oleh individu manusia itu sendiri. Dan perbuatan dosa yang diperbuat merupakan tanggungan pribadi manusia tersebut, karena segala sesuatu yang diperbuat akan kembali pada dirinya sendiri, baik itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik. Hanya dengan jalan bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, manusia tersebut mendapat pengampunan dari Allah Swt. dan kembali menjadi bersih dan baik di hadapan Allah.



BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pandangan Kristen tentang dosa merupakan persoalan penting dalam ajaran agamanya, bahkan sebagai pokok ajaran yang harus diimani. Yang menjadi persoalan adalah dosa abadi atau yang dikenal juga dosa warisan. Menurut kepercayaan Kristen semua anak cucu Adam berdosa. Dosa yang telah dipebuat oleh nenek moyang manusia yaitu Adam dan Hawa yang berakibat manusia menjadi berdosa secara keseluruhan. Mereka telah menjadi manusia yang kotor karena pelanggaran yang telah dilakukannya terhadap peraturan yang telah ditetapkan Tuhan atas dirinya. Dengan demikian Adam dan Hawa lah yang bertanggungjawab terhadap seluruh kesalahan dan dosa-dosa keturunannya. Tidak ada jalan yang harus mereka perbuat untuk menebus dosanya karena mereka tidak memiliki sarana penebus dosa. Oleh sebab itu karena Tuhan memiliki cinta kasih kepada manusia, maka diutuslah anakNya sebagai penyelamat dan penebus dosa manusia yaitu Yesus, dengan pengorbanannya di tiang salib sebagai perantara penebusan dosa-dosa manusia tersebut. 
Dalam hal ini Islam berpandangan lain, bahwa kesalahan yang telah dilakukan oleh Nabi Adam tidaklah turun temurun sampai ke anak cucunya, tetapi hanya Adam lah yang bertanggungjawab atas kesalahan yang pernah dilakukannya. Kesalahan tersebut ketika Adam memakan buah pohon yang dilarang oleh Allah, setelah itu Nabi Adam menyesali perbuatannya dan meminta ampun kepada Allah. Selanjutnya, nabi Adam menerima wahyu yang berupa kalam-kalam Allah utuk dijadikan pedoman melakukan do’a dan meminta ampun kepada Allah. Kemudian Adam melakukan do’a dengan menggunakan kalam-kalam tersebut, dan taubat Nabi Adam ini diterima Allah Swt. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh al-Qur’an tentang kisah Nabi Adam dan Hawa ketika di surga, yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35-39.
akhirnya manusia berdosa itu karena perbuatannya masing-masing akibat melanggar perintah Allah, bukan diwariskan dari kesalahan Adam dan Hawa. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seorang yang berdosa tidak mungkin menanggung dosa orang lain.


[1] Mirza Tahir Ahmad, Ajaran Kristen dariKenyataan ke Khayalan, Terj. Abu Thavryiba (Bogor: Jemaat ahmadiyah Indonesia, 1998), Program E-Book, dalam Bab II tentang  Dosa dan Penebusan Dosa.
[2] R. Soedarmo, Ikhsar Dogmatik, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 116, lihat juga dalam  Mirza Tahir Ahmad, dalam Bab II tentang Dosa dan Penebusan Dosa
[3] Harun Hadiwiyono, iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1973), hlm.235
[4] M. Hashem, Misteri Darah dan Penebusan Dosa; di Mata Agama Purba, Yahudi, Kristen, dan Islam,(Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006), hlm. 246
[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1995), hlm. 68
[6] Bahaudin Mudhary, Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, (Surabaya: Penerbit Pustaka Dai), hlm. 77
[7] Ibid, hlm.86
[8] Hasyim Muhammad, Kristologi Qur’ani; Telaah Kontekstual Doktrin Kekristenan dalam Al-Qur’an,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 147-148

0 komentar:

Posting Komentar