BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Pada mulanya melalui Dewa Brahma
sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi menurunkan Sabda kepada tujuh orang
Rsi, yang oleh tujuh Rsi tersebut Sabda tersebut disebut Wahyu. Selanjutnya
Wahyu yang terkumpul tersebut, atas inisiatif Rsi Wyasa dibantu oleh empat orang
muridnya dibukukan menjadi Weda / Catur Weda. Catur Weda diterjemahkan oleh
para Rsi menjadi Lontar, atau gubahan lain yang tujuannya agar lebih mudah
sampai pada umat yang latar belakang kemampuannya berbeda.
Bertolak dan kenyataan ini maka
tidak ada alasan bagi umat Hindu untuk tidak mengenal Weda, yang meskipun dalam
bentuk gubahan atau terjemahan. Weda diturunkan di
India tepatnya di lembah sungai suci Sindhu, kemudian sampai pada kita di
Indonesia melalui beberapa proses atau fase-fase.
Zaman ini dimulai dan datangnya
Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan menempati lembah Sungai Sindhu yang
dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai). Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang
gemar mengembara tetapi cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini
merupakan zaman mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda.
Kehidupan beragama pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum
pada Veda Samhita, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan
ayat-ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara
berkelompok.
Veda adalah kitab suci Agama
Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui
para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri, Rsi
Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu
tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya
membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal
dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
a)
Maharsi Pulaha
membukukan Reg Veda
b)
Maharsi Jaimini
membukukan Sama Veda -
c)
Maharsi Vaisampayana
membukukan Yajur Veda
d)
Maharsi Sumantu
membukukan Atharva Veda
1.2. Tujuan Makalah
1.2.1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui sejaah perkembangan
Agama Hindu di dunia
1.2.2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sejarah Agama
Hindu di India
b. Untuk mengetahui sejarah Agama
Hindu di Indonesia
c. Untuk mengetahui perkembangan
Agama Hindu sekarang
d. Untuk mengetahu peninggalan
sejarah Agama hindu di dunia
e. Untuk mengetahui pelaksanaan
Agama Hindu
1.3. Manfaat
Untuk
menambah wawasan tenteng Agama Hindu dan pelaksanaaan agama Hindu di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
2.1.
Pengertian Veda
Veda adalah kitab suci Agama
Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui
para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri, Rsi
Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu
tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya
membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal
dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
e)
Maharsi Pulaha
membukukan Reg Veda
f)
Maharsi Jaimini
membukukan Sama Veda -
g)
Maharsi Vaisampayana
membukukan Yajur Veda
h)
Maharsi Sumantu
membukukan Atharva Veda
2.2. Pembagian Veda
2.2.1. Reg Veda,
merupakan kitab tertua dan
terpenting. Isinya dibagi atas 10 Mandala, menunjukkan kebenaran yang mutlak.
Mantranya terdiri dari 10.552 yang diucapkan untuk mengundang, mendekatkan
Tuhan dan manifestasinya yang dipuja agar hadir pada saat upacara Pengucapan
mantra adalah pemimpin upacara yang disebut Hotr.
2.2.2. Sama Veda,
isinya diambil dan Reg Veda,
kecuali beberapa nyanyian suci yang dinyanyikan pada saat upacara dilakukan.
Jumlah mantranya terdiri atas 1.875. Yang menyanyikan lagu pujaan ini disebu
Udgatr.
2.2.3. Yajur Veda,
terdiri dan 1.975 mantra, berbentuk prosa yang
isinya berupa rafal dan doa pengucapannya adalah pemimpin upacara bernama
Adhvaryu pada saat pelaksanaan upacara korban. Fungsi rafal adalah bukan memuja
para Dewa melainkan mengubah upacara korban yang dipersembahkan menjadi makanan
yang dapat diterima oleh para Dewa dengan pengucapan berulang-ulang disertai
dengan menyebutkan nama manifestasi Dewa yang hendak dihadirkan.
2.2.4. Atharva Veda,
terdiri dan 5.987 mantra
berbentuk prosa yang isinya berupa mantra-mantra yang kebanyakan bersifat
magis, yang memberikan tuntunan hidup sehari-hari berhubungan dengan
keduniawian seperti tampak dalam sihir, tenung, pedukunan. Isi sihir-sihir
dimaksud bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh
jahat, mencelakakan musuh dan lain sebagainya.
2.3. Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Upanisad
Zaman Upanisad ini merupakan
reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana. Dimana sejalan dengan
berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada akhirnya
umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan disebut
aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika
(kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga
aliran tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai
kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara otomatis keluar dan Agama
Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama Hindu dan kembali pada Veda
sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.
BAB III
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI NEGARA
LAIN
Beberapa bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat
kita pergunakan sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama
Hindu pernah berkembang di negara-negara lain selain India antara lain sebagai
berikut.
3.1. Afghanistan
Di Afghanistan telah ditemukan
arca ganesa dari abad ke-5 M yang ditemukan di Gardez, afghanistan sekarang
(Dargah Pir Rattan Nath, Kabul). Pada arca tersebut terdapat tulisan ’’besar
dan citra indah mahavinayaka’’ disucikan oleh Shahi Raja Khingala. Arca Ganesa
tersebut menunjukkan bahwa agama hindu merupakan agama yang dianut oleh
masyarakat di Afghanistan pada abad ke-5 hingga abad ke-7.
Di Kampuchea saat ini terdapat
taman wisata arkeologis angkor wat, yaitu kompleks kuil-kuil yang terdiri dari
angkor wat, bayon, dan banteay srey. Angkor Wat merupakan candi Hindu yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Dewa Wisnu dan sebagai simbol kosmologi
hindu. Angkor pernah menjadi kota suci tujuan para peziarah dari seluruh
kawasan asia tenggara
3.2. Filipina
Bukti-bukti pengaruh Hindu di Filipina, yaitu dengan ditemukannya prasasti
tembaga laguna atau disebut juga keping tembaga laguna. Prasasti tembaga
laguna adalah dokumen tertulis pertama ditemukan dalam bahasa filipina. Piring
itu ditemukan pada tahun 1989 oleh E. Alfredo Evangelista di laguna de Bay, di
Metroplex, Manila, filipina. Prasasti tersebut bertuliskan tahun 822 saka.
Dalam prasasti tersebut terdapat banyak kata dari bahasa sanskerta, jawa kuno,
Malaya Kuno, dan Bahasa Tagalog Kuno.
3.3. Mesir (
Afrika )
Sebuah prasasti dalam bentuk
inskripsi yang berhasil digali di Mesir
berangka tahun 1280 SM. Isinya memuat perjanjian antara Raja Ramses II dan
bangsa Hittite.
Dalam perjanjian yang
dilaksanakan oleh Raja Ramses II dengan bangsa Hittite tersebut, Mattravaruna
sebagai dewa kembar dalam Weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. hal
’’ancient history of the new east’’, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari
Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke-Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir di
zaman purbakala mempergunakan nama-nama, seperti Ramses I, Ramses II, Ramses
II, dan seterusnya. Kata ramses mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat
dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau
awatara Dewa Wisnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara, Wisnulah
yang menyelamatkan dunia ini dari ancaman keangkaramurkaan.
3.4. Meksiko
Meksiko terbilang negeri yang
sangat jauh dari india. Masyarakat negeri ini dikatakan telah trbiasa merayakan
sebuah hari raya pestaria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari
pestaria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau
Navaratri dalam agama hindu. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang
dilakukan di negeri Meksiko telah menghasilkan penemuan beberapa patung ganesa
( baron humbolt dan harlas sanda ’’hindu superiority’’, hal 151).
Penduduk zaman purbakala yang ada di daerah-daerah ’’Meksiko’’ adalah
orang-orang Astika, yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda.
Kata astika adalah sebuah istilah yang saat ini masih dipergunakan oleh
masyarakat Meksiko sebagai salah ucapan dari kata Aztec.
Festival Rama-Sita yang dirayakan
oleh masyarakat Meksiko dapat disamakan dengan percaya hari dussara atau
Navaratri. Penemuan patung ganesa kita hubungkan dengan arca ganesa sebagai
putra dewa siwa dalam mitologi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa
Astec itu sendiri yang kebanyakan di antara mereka memiliki kepercayaan memuja
dewa siwa.
3.5. Peru
Di sebelah barat-daya amerika
latin terdapat negeri yang disebut dengan peru. Penduduknya melakukan pemujaan
trhadap dewa matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada
hari-hari Soltis. Masyarakat negeri peru dikenal dengan bangsa inca. Kata inca
berasal dari kata ina yang berarti Matahari.
Soltis jatuh pada tanggal 21 juni
dan 22 desember, yaitu pada hari-hari ketika matahari telah sampai pada titik
deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada
peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 juni matahari ada di titik
bumi belahan utara ’’utarayana’’, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan
upacara yang berkaitan dengan dewa yadnya. Tanggal 22 desember matahari berada
di titik bumi belahan selatan ’’daksinayana’’ saat waktu itu dipandang baik
untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yadnya. Dewa matahari
menurut keyakinan umat hindu indonesia ’’bali’’ disebut Siwa Raditya =surya=
matahari. Pemujaan kehadapan dewa matahari ’’surya raditya’’ terbiasa dilakukan
oleh umat hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca di Peru.
3.6. Kota
Kalifornia
Kalifornia adalah sebuah kota
yang terdapat di amerika serikat. Nama kota ini diperkirakan memiliki hubungan
dengan kata kapila aranya. Di kota kalifornia terdapat cagar alam taman gunung
abu ’’ash mountain park’’ dan sebuah pulau kuda ’’horse island’’ di alaska,
amerika utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab
purana tentang keberadaan raja segara dan enampuluh ribu putra-putranya yang
dibakar habis hingga menjadi abu oleh maharsi kapila. Raja sagara memerintahkan
putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke patala-loka dalam rangka kepergian
mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra raja sagara, kuda yang
di cari itu diketemukan di lokasi maharsi kapila sedang mengadakan tapa brata.
Oleh karena kedatangan para putranya mengganggu proses tapa brata beliau,
akhirnya maharsi kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah
sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata patala-loka memiliki arti
negeri di balik india, yaitu benua amerika. Kata kalifornia memili kedekatan
dengan kata kapila aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara nyata
dapat kita ketahui bahwa di amerika terdapat cagar alam taman gunung abu yang
kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja sagara yang berjumlah
enampuluhribu dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan raja
sagara.
3.7. Australia
Penduduk negeri kanguru ini
memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan siwa dance atau tarian
siwa. Siwa dance adalah semacam tarian yang berlaku di antara penduduk asli
Australia (spencer dan gillen ’’the native of central australia’’, halaman 621.
Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari ‘’siwa
dance’’ menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ketiga. Hal ini merupakan
suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa
penduduk asli negeri kanguru ‘’australia’’ ini telah mengenal atau mendengar
dongeng-dongeng weda dan nama-nama dewa dalam kitab suci weda.
BAB IV
Agama Hindu
di Indonesia
Berdasarkan
beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di
Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu
dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah
sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke
India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
1.
Krom (ahli -
Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Dalam bukunya yang berjudul "Hindu Javanesche Geschiedenis", menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
2.
Mookerjee (ahli
- India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
3.
Moens dan Bosch
(ahli - Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Bersamaan dengan berkembangnya pengaruh agama Hindu ke seluruh dunia
termasuk indonesia, terjadilah akulturasi antara kebudayaan asli indonesia dan
kebudayaan india yang dijiwai oleh agama hindu.
Pengaruh agama hindu. Dapat diterima oleh bangsa indonesia dengan damai.
Dengan demikian, perkembangan agama hindu di indonesia menjadi subur dan
bervariasi, sebagaimana bukti-bukti yang ada dan kita ketahui, seperti berikut.
a.
Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan
bercorak Hindu di Nusantarayang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan ini terletak di Muara
Kaman,Kalimantan Timur, tepatnya di hulusungai Mahakam. Ada
tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut
diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya
menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Aswawarman mungkin adalah raja
pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri
dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya
pembentuk keluarga.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja
Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja
Kutai Kartanegara ke-13, Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa.
b. Kalimantan Selatan
1. Kerajaan Tanjung Puri1
Sekitar abad ke 5-5 M di
kalimantan selatan telah berdiri kerajaan tanjung puri sebagai pusat kolonisasi
orang-orang Melayu yang berasal dari kerajaan sriwijaya. Kerajaan tanjung puri
merupakan kerajaan tertua di kalimantan selatan. Kerajaan ini letaknya cukup
strategis yaitu di Kaki Pegunungan Meratus dan di tepi sungai besar sehingga di
kemudian hari menjadi bandar yang cukup maju. Kerajaan Tanjung Puri bisa juga
disebut Kerajaan Kahuripan, yang cukup dikenal sebagai wadah pertama hibridasi,
yaitu percampuran antarsuku dengan segala komponennya.
2. Kerajaan Negara Dipa
Kerajaan Negara Dipa adalah
kerajaan yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan. Kerajaan ini adalah
pendahulu Kerajaan Negara Daha. Kerajaan Negara Daha terbentuk karena
perpindahan ibukota kerajaan dari Amuntai (ibukota Negara-Dipa di hulu) ke
Muhara Hulak (di hilir). Sejak masa pemerintahan Lambu
Mangkurat wilayahnya terbentang dari
Tanjung Silat sampai Tanjung Puting.
Kerajaan Negara
Dipa semula beribukota di Candi
Laras (Distrik
Margasari) dekat hilir sungai Bahan
tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu
sungai Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja Kuripan (negeri yang
lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki keturunan, sehingga nama Kerajaan
Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa. Ibukota waktu itu berada di Candi
Agung yang terletak di sekitar
hulu sungai Bahan (= sungai Negara) yang bercabang menjadi sungai Tabalong dan sungai
Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai
Negara). Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.
3. Kerajaan
Negara Daha
Kerajaan ini tidak ada
hubungannya dengan Kerajaan Daha di Jawa, yang lebih dikenal sebagai Kerajaan
Janggala.
Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan. Pusat ibukota kerajaan ini berada di kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan).
Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa.
Kerajaan Negara Daha adalah sebuah kerajaan Hindu yang pernah berdiri di Kalimantan Selatan. Pusat ibukota kerajaan ini berada di kota Negara (kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan).
Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa.
c.
Jawa Barat
Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara
atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang
pernah berkuasa di wilayah baratpulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di
Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu
Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu
Prasasti yang ditemukan
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di
perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti
tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru
dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari
bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan
Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan
di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja
Purnawarman.
d. Jawa Tengah
Suburnya perkembangan agama hindu di jawa tengah dapat kita ketahui dari
ditemukannya prasasti tukmas. Prasasti ini
ditulis dengan huruf pallawa dan berbahasa sanskerta dengan tipe tulisan
berasal dari tahun 650 masehi. Prasasti tukmas memuat gambar-gambar atribut :
dewa tri murti, seperti trisula lambang dewa siwa, kendi lambang dewa brahma,
dan cakra lambang dewa wisnu. Prasasti ini juga menjelaskan adanya sumber mata
air yang jernih dan bersih yang dapat disamakan dengan sungai gangga.Sumber
berita cina berasal dari masa pemerintahan dinasti tang tahun 618-696 masehi.
Dari berita cina dapat diketahui di jawa tengan telah berdiri kerajaan kaling
yang pada tahun 674 masehi diperintah oleh raja perempuan bernama ratu sima
yang memiliki sistem pemerintahan sangat jujur.
d.
Jawa Timur
Keberadaan kerajaan kanjuruan
dapat kita pergunakan sebagai salah satu landasan untuk mengetahui perkembangan
agama hindu di jawa timur. Prasasti dinoyo merupakan bukti peninggalan sejarah
kerajaan kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan perkembangan agama hidu di
jawa timur. Prasasti dinoyo ditulis mempergunakan huruf kawi dengan bahasa
sanskerta menuliskan angka tahun 760 masehi. Dikisahkan bahwa pada abad ke-8 M
raja di kanjuruan bernama simha.
f.
Bali
Keberadaan agama hindu di bali
merupakan kelanjutan dari agama hindu yang berkembang di jawa. Agama hindu yang
datang ke bali disertai oleh agama buddha. Dalam perkembangannya, kedua agama
tersebut berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini sering disebut
dengan sinkritisme siwa – buddha. Sebelum pengaruh hindu berkembang di bali,
masyarakat telah mengenal sistem kepercayaan dan pemujaan seperti berikut.
a. Kepercayaan kepada gunung sebagai tempat suci.
b. Sistem kubur yang
mempergunakan sarkofagus (peti mayat).
c. Kepercayaan adanya alam
sekala dan niskala.
d. Kepercayaan adanya
penjelmaan (punarbawa).
e. Kepercayaan bahwa roh
nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberikan perlindungan,
petunjuk, sinar, dan tuntunan rohani kepada generasinya.
Demikianlah, sistem kepercayaan masyarakat bali sebelum pengaruh ajaran
hindu datang ke bali. Sistem kepercayaan masyarakat bali tampak memiliki pola
sangat sederhana. Setelah datangnya maharsi markhandeya di bali, pola
kepercayaan yang sederhana itu kembali disempurnakan.
g.
Nusa Tenggara
Barat
Perkembangan agama hindu di nusa
tenggara barat ( lombok) dapat kita ketahui dari perjalanan suci (dharmayatra)
dang hyang nirartha. Di lombok, beliau dikenal dengan sebutan pangeran
sangupati. Banyak peninggalan tempat suci dan sastra hindu yang dapat digunakan sebagai refrensi bahwa hindu pada masa itu telah berkembang sampai
di nusa tenggara barat. Keberadaan agama hindu di NTB juga tidak lepas dari
peran serta kekuasaan raja-raja karangasem pada masa itu.
BAB VI
PENINGGALAN
SEJARAH AGAMA HINDU
6.1.Mesir
Sebuah prasasti dalam bentuk incripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 S.M. Isinya memuat tentang perjanjian antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite tersebut, Maitravaruna sebagai dewa kembar dalam weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. Hall “Ancient History of the New East”, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
Sebuah prasasti dalam bentuk incripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 S.M. Isinya memuat tentang perjanjian antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite tersebut, Maitravaruna sebagai dewa kembar dalam weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. Hall “Ancient History of the New East”, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
6.2.Mexico
Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa (Baron Humbolt dan Harlas Sanda “Hindu Superiority” halaman 151).
Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai salah ucapan dari kata Aztec.
Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa (Baron Humbolt dan Harlas Sanda “Hindu Superiority” halaman 151).
Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai salah ucapan dari kata Aztec.
Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
6.3.Peru
Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari (Asiatic Researches, Jilid I halaman 426).
Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk negeri Peru.
Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari (Asiatic Researches, Jilid I halaman 426).
Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk negeri Peru.
6.4.Kalifomia
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
6.5.Australia
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia (Spencer dan Gillen “The Native Tribes of Central Australia” halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia (Spencer dan Gillen “The Native Tribes of Central Australia” halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia
tertua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu
pertama kali dikenal di India. Perkembangan agama Hindu di India, pada
hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 Jaman/fase, yakni Jaman Weda,Jaman Brahmana, Jaman Upanisad danJaman Budha
Agama Hindu makin lama semakin menyebar mulai
dari India Selatan hingga keluar dari India dengan berbagai cara, sterutama
melalui perdagangan bebas Internasional.