PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Agama Adalah adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.[1]
Iran dan
Persia adalah dua nama yang kerap kali digunakan untuk menunjukkan satu
wilayah. Sebenarnya, anatara keduanya tedapat sedikit perbedaan. Salah satu
rumpun bangsa Arya, yaitu bangsa Media, mendiami wilayah Iran bagian barat.
Sementara rumpun bangsa Arya yang lainnya, yaitu bangsa Persia, mendiami bagian
selatan wilayah tersebut.baik bangsa Media maupun Persia, keduanya tunduk pada
kekuasaan bangsa Arya Assyria. Namun, sejak tahun 1000 SM, bangsa Persia
berhasil menaklukkan bangsa Media bahkan menaklukkan Imperium Assyria. Sejak
saat itu, wilayah Iran di kenal dengan nama Persia.[2]
1.2.Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah berjudul adalah “AGAMA
ZOROASTER” :
Ø Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai bagaimana sejarah dan ajaran-ajaran Agama Zoroaster.
Ø Sebagai pemenuhan terhadap tugas makalah mingguan yang
dibutuhkan sebagai syarat untuk menyelesaikan matakuliah Budhaisme.
Ø Memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai Agama-Agama Minor
kepada kami dan Mahasiswa
yang lainnya.
1.3 METODE
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data penulisan
makalah ini adalah metode studi pustaka dari buku referensi yang terkait dan
data dari internet.
1.4 SISTEMATIKA
PENULISAN
Peulisan makalah ini terdiri dari 3 bab. Bab pertama yaitu
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, dan sistematika
penulisan. Sedangkan bab kedua yaitu pembahasan yang terdiri dari Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster,
Ajaran dan Praktek Kegamaannya. Bab terakhir yaitu
bab penutup yang berisi kesimpulan dari isi makalah.
A.
Sejarah dan Perkembangan Agama Zoroaster
Agama Zoroaster, di kenal
di dunia Barat dengan nama Zoroastrianism karena nabinya dari agama ini adalah
Zarathutra. Zarathustra lahir
di Sebelah Utara tanah Iran, tepatnya di kota Azarbaijan. Tinggal seorang
lelaki bernama Porushop Spitama, dari suku spitama, bersama istrinya Dughdova
yang cantik jelita yang ketika itu masih berusia 15 tahun. Isterinya yang belum
dijamah suaminya itu melahirkan seorang putera yang diberi nama Zarathustra. Pada
saat kelahiran bayi itu kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan
mendadak gemetar ketakutan amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi
baru telah lahir kedunia yang kelak akan menghancurkan agama majusi beserta
pemujaaan berhala dan akan memusnahkan kaum majus dari permukaan bumi.[3]
Banyak sekali teori yang
mengemukakan tentang tahun-tahun kehidupannya, diantaranya kemungkinan ia hidup
pada tahun 660-583 SM[4], tetapi tidak ada yg
menjamin bahwa kisaran tahun ini adalah tahun yang tepat. Di lihat dari
perkiraan tahun tersebut, tampaknya Agama Zoroaster merupakan salah satu agama
wahyu yang tertua yang masih hidup sampai sekarang. Agama ini pernah menjadi
agama negara bagi tiga kerajaan besar di Iran yang hidup dan berkembang hampir
berkesinambungan sejak abad ke-6 SM sampai abad ke-7 M, serta banyak menguasai
daerah Timur Dekat dan Tengah.[5]
Di wilayah Indo-Iran, anak yang
berumur sekitar tujuh tahun sudah mulai memperoleh pelajaran keagamaan
kependetaan secara lisan karena belum ada pengetahuan menulis. Tentunya
pelajaran tersebut menyangkut tentang cara beribadah, ajaran-ajaran pokok
agama, hapalan-hapalan doa dan pujian pujian kepada Tuhan. Sewaktu masih kecil
diceritakan, ia sangat cerdas dan tangkas bicara sehingga teman-temannya sangat
segan kepadanya. Orang Iran berpendapat bahwa kematangan atau kedewasaan
seseorang itu tercapai pada usia 15 tahun, dan pada sekitar usia itu pula lah
Zarathustra mulai menjadi pendeta. Menjelang
umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta memberikan bantuan kepada
orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun dikawainkan
oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Pada usia 30 tahun, Zarathustra menerima
wahyu yang peratama. Diceritakan bahwa suatu ketika ia sedang berada di suatu
perkumpulan untuk merayakan musim semi. Ia pergi saat fajar ke sungai utnuk
mengambil air bagi keperluan upacara haoma. Ia menyebrang ke tengah
sungai untuk mengambil air dari aliran yang ada di tengah.ketika hendak kembali
ke pinggir, dia menemukan dirinya dalam
keadaan kesucian ibadat (ritual),muncul dari unsur yang murni, air, dalam
kesegaran fajar musim semi. Ia melihat bayang-bayang. Di tepian sungai dia
melihat suatu zat yang berkilauan yang menyebut diri sebagai Vohu Manah
(itikad baik), yang kemudian membawanya kehadapan Tuhan Ahura Mazda serta lima
bentuk badan yang bersinar. Dihadapan mereka, Zarathustra tidak melihat
bayangannnya karena mereka memancarkan cahaya yang terang benderang. Dan saat
itulah ia menerima wahyu.[6]
Agama yang diajarkan oleh Zarathusthra telah dikenal sebagai agama Zoraster, tetapi sesungguhnya nama yang
diberikannya sendiri adalah agama Mazdayasna, kebaktian kepada Mazda, yakni
Tuhan Maha Segala Yang Esa, Sejati, dan Maha Mengetahui.[7]
Setelah ia menerima wahyu pertamanya,10 tahun pertama ia melakukan penyebaran
agamanya itu di kota kelahirannya yaitu Iran Utara, Tetapi dalam masa tersebut
hanya seorang saja yang beriman di kota kelahirannya tersebut, orang itu tidak
lain adalah saudara sepupunya sendiri, Maidhyoimanha. Ia mengajarkan tentang
kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang tak dapat disaksikan dan dilihat dan
diraba, dan hal tersebut direspon dengan ejekan dan penghinaan, ia banyak
bersabar dan terus memprcayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada akhirnya ia
memanjatkan permohonan dan kemudian keluar perintah agar ia hijrah dari sana, Akhirnya pada tahun
keduabelas kenabiannya, beliau meninggalkan tanah kelahirnya dan mengembara ke
Timur, mula-mula ke Seista, dan selanjutnya ke Bactria yang diperintah oleh
seorang raja bijaksana, Vishtaspa. Zarathushtra senantiasa menginginkan untuk
memperoleh pengikut yang bijak dan berkuasa untuk menunjang missinya.
Raja Vishtaspa itu,
yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes, berasal dari
keluarga Hakkham. Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529 SM) berhasil
menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan membangun sebuah
Imperium Parsi yang dikenal dengan
dinasti Hakkham (600-331 SM), dan dunia Barat mengenalnya dengan dinasti
Achaemenids. Ibukotanya yang semula
terletak di kota Balkh di pindahkan ke kota Sussa di
sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).[8]
Raja
Vishtaspa menerima Zarathushtra dengan ramah-tamah, dan menunjukkan bahwa
dirinya condong kepada risalahnya karena berdasarkan pada berdasarkan filsafat Zoroaster dengan pemikirannya
tentang Tuhan bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai lantaran
adanya perubahan bangsa dan bahasa. Yang berubah-rubah hanya nama Tuhan yang
tunggal untuk seluruh alam. Setiap bangsa menyebutnya dengan nama yang
diinginkan. Diriwayatkan bahwa Zarathushtra telah melakukan beberapa
mukjizat di hadapan Sang Raja dan para Menterinya, serta melakukan diskusi yang
lama dengan para cendekiawan di sana. Salah satu mukjizat yang ia tunjukkan
yakni, dia mampu membuat sebuah lingkaran dengan tepat tanpa alat, padahal
menurut ahli ilmu ukur hali itu tidak mungkin bisa dilakukan. Kemudian,
mukjizatlainnya, ia pernah bertemu seorang buta, kemudian dia meminta jenis
rumput tertentu untuk diperaskan di kedua mata si buta, dan si buta itu pun
bisa melihat.[9]
Perlahan tetapi pasti, kebenaran yang dinyatakannya telah mendapat pijakan yang
kuat di kalangan raja dan para bangsawannya. Massa rakyat mengikuti kebangkitan
para pemimpinnya, dan agama Zoroaster segera tegak sebagai agama Iran. Sukses
yang mendadak dari agama yang baru ini memacu jalan ke arah peperangan antara
Iran dan Turan. Zarathushtra tidak percaya dengan penggunaan senjata dalam
menarik pengikut kepada agamanya. Beliau hanya mengizinkan perang untuk membela
diri guna menjaga agama dan para pengikutnya dari kekejaman orang lain.[10]
Setelah
47 tahun dengan usaha yang tekun menegakkan kebenaran, Nabi Besar Iran ini
wafat dalam usia 77 tahun . Beliau hidup dalam kesetiaan yang tak terbagi dan
kebaktian kepada Tuhan yang bijaksana dan benar. Beliau adalah seorang yang
penuh kesalehan, dan agamanya tidak bernafaskan lain kecuali kasih kepada yang
menderita dan cinta kepada kebenaran. Dan
konon pada saat serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam oleh askar
Turania. Zarathustra
sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra. Keyakinan tentang
Ahura Mazda, Pengakuan keimanan (credo=Syahadat) yang harus diucapakan setiap
orang yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling pokok dalam
agama ini adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda, terhadap kodrat yang maha
tunggal dan maha bijaksana. Menurut Zarathustra alam semesta ini dikuasai oleh kodrat
Maha Bijaksana (Ahura Mazda) yang Maha bijaksana senantiasa berhadapan dengan
kodrat angkara murka (angro mainyu). Agar manusia memproleh keselamatan
haruslah menundukkan diri sepenuhnya kepada Ahura Mazda.[11]
Raja-raja dari dinasti
Achaemenids adalah penganut agama Zarathustra sampai kepada raja Darius III
(363-331 SM). Pada masa inilah imperium parsi itu ditaklukkan oleh Alexander
the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalu berlangsung Hellenisasi yang intensif
diseluruh wilayah Iran. Setelah raja-raja Achaemenids itu pertumbuhan
kekuasaannya sampai pada masa tumbangnya terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1.
Masa 600-550
sebelum masehi, yaitu dalam mansa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan
kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra.
2. Masa
550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan
kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra.
3. Masa
486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang
terus menerus dengan pihak Grik.
Di
Persia, selain Zoroaster, terdapat pula Madzab keagamaan dan ritual lain,
seperti Maniisme[12],
penyembah api, dan Madzhab Mazdak. Madzhab Mazdak ini yang
menggugurkan hak kepemilikan individu. Penganutnya meyakini kepemilikan
bersama, termasuk perempuan dan harta serat menghapus tradisi pernikahan.Ajaran
Mazdak pernah dianut dan dijalankan oleh seorang Raja Dinasti Sasanid. Baik
Zoroaster,maupun Madzhab-Madzhab keagamaan Persia yang lainnya, ternyata
memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi tradisi agama Yahudi, khususnya konsep kehidupan
akhirat dan adanya Messiah. Dikatakan, Jemaah Asiniyyah, salah satu sekte
Yahudi, sangat terpengaruh kuat oleh ajaran Zoroaster, terutama dalam
konsep-konsep dualisme, seperti peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Namun
demikian, diantara kelompok-kelompok agama tersebut kelompok yang paling penting di dunia adalah agama
Zoroaster atau Parsi India. Kelompok ini sering dibandingkan dengan kelompok
Yahudi.[13]
Pada tahun 641 M, yaitu pada masa
pemerintahan koshru Yesdegird III (634-641 M), kekuasaan Sassanids di tanah
Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir
dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya semenjak 12 abad lamanya, lantas
terdesak oleh pengaruh agama Islam di tanah Iran.
Sesudah
ditaklukkan Arab di
sekitar abad ke-7 M, sebagian besar penduduk Persia lambat laun memeluk
agama Islam (dalam beberapa hal dengan kekerasan, walau pada prinsipnya kaum
Muslimin punya sikap toleran kepada agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian
sisa penganut agama Zoroaster lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk
Persia. Dari sana mereka atau turunannya pergi ke India tempat mereka
mendirikan semacam koloni. Orang Hindu menyebut mereka Parsees karena asal
mereka dari Persia. Kini ada sekitar l00.000 lebih kelompok Parsees di India,
umumnya tinggal di dekat kota Bombay tempat mereka membentuk suatu kelompok
kehidupan masyarakat yang makmur. Zoroastrianisme tak pernah melenyap
seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000 penganut masih ada di negeri itu.[14].
B.
Ajaran-Ajaran Agama Zoroaster
[15]Kitab suci agama Zoroaster
ini di kenal dengan nama Zend Avesta.kitab ini terbagi lagi menjadi tiga
bagian, yakni:
1.
Gathas, kitab yang berisi tentang “nyanyian”
atau “ode” yang secara umum dan tepat dinisbahkan kepada Zoroaster sendiri;
2.
Yashts atau hymne korban yang ditujukan
kepada berbagai macam dewa; dan
3.
Vendidat/ Vindevdat, “aturan melawan
syetan”,berupa sebuah risalah yang terutama menyangkut ketidakmurnian ibadah
dan prinsip dualisme yang diperkenalkan oleh Zoroasternisme dan diuraikan
sangat panjang dalam bidang kehidupan praktis.
Gathas memuat
ajaran-ajaran yang dikemukakan sendiri oleh Zoroaster. Sayangnya bantuan ilmu
bahasa hanya berhasil sebagian dalam menangkap makna teks-teks yang kabur ini.
Isi bagian kitab ini bertentangan dengan Yashts, yang merupaka langkah mundur
pada paganisme. Dalam Yashts ditemukan suatu konsep politeisme yang mirip
dengan konsep yang terdapat dalam kitab suci agama Hindu, Rig-Veda. Konsep Politeisme
inilah yang di tentang oleh Zoroaster. Baik dalam Yashts mauoun dalam Rig-Veda
dijumpai sejumlah besar dewa dan setengah dewa.
[16]Ajaran-Ajaran pokok dalam
agama Zoroaster ini yang terdapat dalam kitab-kitabnya mencakup:
a.
Manusia
Dalam teks yang berjudul
“Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”atau dikenal juga sebagai
“Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang manusia. Manusia pada
asalnya, adalah wujud gaib, dna rohnya, dalam bentuk Fravashi atau
Fravahr,ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ohrmazd
(Ahura Mazda), dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan
kepada-Nya dia akan kembali.
Syetan atau Ahriman adalah
penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib murni; dia dan Ohrmazd
adalah musuh abadi, cepatatau lambat pertarungan anatar keduanya tidak akan
terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan suatu kebutuhan bagi
pertarungan-Nya melawan syetan, dan manusia berada di garis depan pertempuran
ini. Dalam hal ini manusia tidak di paksa Tuhan tetapi karena dia bebas dan
sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya. Di dunia setiap orang
bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih kejelekan berarti dia bertindak
tidak alami karena “ayah”nya adalah Ohrmadz.
Hal diatas sesuai dengan
pendapat As-Syahtastani yang mengatakan, “Manusia bertugas untuk senantiasa
mebantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda dengan kejahatan
dan kegelapan (Ahriman). Hal ini dapat diwujudkan dengan senantiasa melakukan
kebaikan, berkahlak mulia,serta menerapkan hukum dan undang-undang dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk
memilih. Siapa yang memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai
hasilnyadi kehidupan dan akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela
kejahatan dan kedustaan, dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
Bagi agama Zoroaster peran
manusia di dunia, yaitu bekerjasama dengan alam serta menjalani kehidupan yang
saleh dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik. Di dunia, manusia
mempunyai kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan mempuyai istri dan
mempunyai anak. Semakin banyak manusia adalah semakin baik karena akan semakin
mudah untuk mengalahkan Ahriman.
b.
Tuhan dan Penciptaan
Keyakinan agama Zoroaster
meliputi aspek monoteisme dan paganisme
sekaligus. Mulanya, keyakinan Zoroaster hanya mencakup monoteisme saja. Namun,
seiring berkembangnya, keyakinan agama ini juga meliputi paganisme. Prof. Dr.
Ali Abdul Wahid Wafi, seorang sejarawan muslim kontemporer, mengatakan bahwa
zarathustra, meyerukan ajaran monotaisme untuk menyembah Tuhan yang tunggal ,
pencipta segala sesuatu dan segala alam, baik yang berupa esensi (ruh) maupun
materi (maddah).
Menurut penganut Zoroaster, Dzat
Ahura Mazda adalah esensi murni yang suci dari segala bentuk materi, yang tak
dapat dilihat oleh pandangan mata dan tidak dapat ditangkap kedzatannya oleh
akal manusia. Oleh karena itu Zoroasternisme pun membuat rumusan tentang
hakikat ketuhanan Dzat Ahura Mazda dengan dua rumus penting.
Rumus pertama bersifat
transenden (Samawi) yang disimbolkan dengan matahari, dan rumus yang
kedua bersifat imanen (Ardhi) yang disimbolkan dengan api. Keduanya
adalah unsur yang memancarkan cahaya, menerangi semesta, suci, serta tidak
dapat terkontaminasi oleh hal-halyang buruk dan segala bentuk kerusakan. Kepada
cahayalah kehidupan semestaraya ini bergantung. Sifat inilah yang paling
mendekati untuk digambarkan oleh akal manusia akan sifat pencipta.
Anggapan sakral dan cara pengikut
Zoroaster menyucikan api inilah yang pada akhirnya menjadikan agama tersebut
bergeser dari monoteisme ke paganisme. Zoroaster pun berubah menjadi agama
panteisme (hulul) dan paganisme. Api sendiri pada akhirnya berubah dari
sebatas isyarat menjadi Sang Pencipta itu sendiri, dani pun dirumuskan atasnya.
Sejatinya, pada tradisi dan
ajaran awal Zoroaster, tidak di kenal konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya
meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau
berbenturan. Salah satunya terkumpul dalam kekuatan kebaikan, cahaya,
kehidupan, kebenaran, dan kemuliaan sementara kekuatan lain terkumpul dalam
kejahatan, kegelapan,kematian, dan angkara murka.
Asy-Syahrastani berkata: “ sebenarnya, Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu
satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan dan kawan, Pencipta cahay dan kegelapan.
Namun para pengikut Zoroaster meninggalkan pandangan tersebut. Mereka meyakini
bahwasannya alam raya ini tak lain merupakan jelmaan dari pergulatan abadi
antara Ahura Mazda, Dewa Terang, dengan Ahriman, Dewa Kegelapan.kemenangan
Ahuran Mazda dalam kehidupan adalah sesuatu yang pasti dan tak terbantahkan.”[17]
c.
Etika
Sebagian besar ajaran agama
Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar pikiran teologisnya mempunyai
inti pandangan moralistik tentang kehidupan. Kenyataan kehidupan yang utama dan
tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik adalah baik dan jelek adalah jelek.
Menolak adanya prinsip dan kejelekan yang terpisah sama dengan mempertalikan
atau menghubungkan kejelekan pada Tuhan. Ini tidak mungkin. Oleh karena itu,
kejelekan tentu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri yang secara terpisah.
Moralitas Zoroaster, diungkapkan dalam tiga kata,yaitu humat, huklit,
dan huvarsht, yang artinya pikiran baik,perkataan baik, dan perbuatan baik.
Yang utama dari ketiga hal itu adalah perbuatan baik.
Inti dari ajaran Adhurbadh bin
Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan menjadi orang yang berguna, berilah
perhatian kepada sesama, laksanakan kewajiban-kewajiban agama, garap lah tanah,
hidup lah berkeluarga dan didiklah
anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini adlaah
sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat, dan roh orang yang
meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan yang
dikerjakannya di dunia.”
d.
Kematian Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
1.
Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari
sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah
itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
2.
Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang
terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
3.
Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur
e.
Pengadilan saat Kematian
Ajaran agama Zoroaster tentang
nasib roh setelah mati terlihat sangat jelas. Konsep kitab Avesta memberi dasar
ajaran ini dan teks ini telah di salin dengan sedikit bervariasi dalam
kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setetlah kehidupan dunia ini akan
bergentayangan selama tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada
hari keempat, roh menghadapi pengadilan diatas “Jembatan Pembalasan”, jembatan
yag di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang secara sangat
adil menimbang perbuatan baik dan buruk
manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh tersebut diizinkan langsung
menuju surga, tetapi jika perbuatan buruknya lebih besar roh tersebut di tarik
dan dimasukkan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruk seimbang maka
roh tersebut di bawa ke suatu tempat yang bernama Hamestagan atau tempat
campuran. Tempat ini tidak disebut dalam teks Menok i Khrat, tetapi
sering disebut dalam teks-teks lain.dalam tempat ini, roh-roh mengalami
perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin.
Neraka dalam agama Zoroaster
bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya bersifat sementara dan
merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Akhir penyucian dosa terjadi
pada pengadilan (hisab) terakhir pada akhir zaman. Disini jelas tergambar bahwa
roh harus menghadapi dua kali pengadilan, pengadilan pada saat kematian dan
pengadilan umum pada hari kiamat ketika jasad manusia di bangkitkan kembali dan
disatukan lagi dengan rohnya. Di dalam agama Zoroaster ini, pengadila umum
diikuti dengan penyucian,akhir dari noda-noda dosa sehingga semua menjadi suci
tanpa dosa. Tidak ada siksaan abadi dan akhirnya, semua manusia masuk surga.
f.
Hari Kebangkitan
Sebagaimana dapat dipahami dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya,
pengadilan roh pada saat kematian hanyalah merupakan suatu pendahuluan bagi
pengadilan akhir hari kiamat. Penghitungan terakhir, menurut agama Zoroaster,
juga hanya berupa tiga hari “penyucian” di dalam logam yang meleleh dan setelah
itu roh-roh terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh umat manusia tanpa kecuali
berkumpul dalam surga temat mereka semua akan memuji Tuhan selamanya. Tuhan
mengutuk makhluk-Nya dengan siksaan abadi karena dosa-dosanya bagaimanapun
besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan setimpal didalam neraka yang bersifat
sementara. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman dan Syaitan-syaitan. Tuhan
melunakan keadilan dengan ras belas kasihan. Dia tidak memiliki sifat yang
kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
Konsep surga menurut agama Zoroaster sangar sederhana. Surga adalah suatu
keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman dengan gila
menghenatangnya. Surga adalah seperti tempat reuni keluarga yang sangat besar
yang di dalamnya kehidupan dunia yang ideal dipulihkan, suatu kehidupan yang
berpusat di sekitar keluarga manusia di mana suami sekali lagi bisa menikmati
keintiman istrinya yang sah dan berkumpul kembali bersama anak-anaknya.
Kehidupan di surga adalah penyempurnaan alami dari pada kehidupan di dunia
dengan kekecualian manusia tidak lagi memiliki nafsu makan dan merupakanm
tempat para roh memuji ahura mazda dan amahraspand dengan keras. Di sana
seluruh keluarga manusia berkumpul dalam suatu kehidupan abadi dan kenikmatan
yang abadi pula.
C.
Praktek Keagamaan dalam Agama Zoroaster
Zoroaster
menganjurkan pengikutnya untuk selalu menyalakan api suci di tungku-tungku api
yang terapat disetiap kuil peribadatan. Api tersebut harus selalu menyala dan
memancarkan cahaya. Tungku apai itu di urus dan di jaga oleh para pemimpin
agama (magi), rohaniawan muda, juga oleh para pendeta kuil. Setiap hari mereka
selalu memasukkan kayu cendana ke dalam tungku api sebanyak lima kali, atau
kayu lain yang mengeluarkan aroma wewangian khas, juga menaburkan serbuk serbuk
dan cairan wewangian sehingga udara di dalam kuil selalu terasa segar dan harum
semerbak. Mereka juga merapalkan doa-doan dan melaksanakan ritual keagamaan
disekitar api tersebut. Dalam tradisi Zoroasternisme, ketika akan mendirikan
sebuah kuil api baru, mereka diharuskan menyalakan api terlebih dahulu pada
sembilan buah lilin atau obor. Nyala api
di obor pertama kemudian disalurkan untuk nyala api di obor kedua, dan
seterusnya hingga pada obor kesembilan. Pengikut Zoroaster meyakini, api yang
menyala pada obor terkahir itulah yang telah sampai pada derajat kesucian api.
Dan dari api kesembilan itu mereka menyalakan apipada tungku kuil yang baru tersebut.[18]
Dalam
satu butir teks “beberapa perkataan Adurbadh bin Mahraspand”, ayat 72,di
sebutkan “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacala doa pada api.”
Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke
kuil api dan membaca doa pada api akan menerima banyak barang duniawi dan
kesucian.
Mary
Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and Practice
menjelaskan bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dahulu ketika matahari
terbit, ketika tengah hari, dan ketika matahari terbenam.waktu yang tersebut
terakhir nampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah meninggal dunia.
Zoroaster nampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia mewajibkan kepada
para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan pertama adalah
waktu setengah siang seperti waktu Ashar seperti dalam agama Islam, yaitu
tengah-tengah antara tengah hari dan waktu matahari terbenam. Bagi agama
Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang di baca pada tengah hari berfungsi
membantu orang yang saleh untuk berfikir tentang kebenaran serta tentang
kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang, sedangkan selama musim dingin
adalah merupakan peringatan tahunan akan adanya kekuatan kejahatan yang
mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
Tambahan
baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya sampai saat
matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha, Tuhannya doa. Selama
waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada puncak yang paling kuat dan
mencari-cari mangsa, para pengikut Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan
dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan dengan doa-doa mereka.
Bentuk
dan isi sembahyang yang di kenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
1.
Orang yang hendak melaksanakan sembahyang
mempersiapkan diri dengan mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian menutup sebagian mukanya.
2.
Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan
tali di pegang dengan kedua tangan dimukanya, tegak lurus dihadapan
penciptanya, matanya menatap simbol kebajikan, yakni api
3.
Dia berdoa kepada Ohrmazd (Ahura Mazda),
mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan ujung kawat dengan penghinaan),
memasang tali kawat lagi sambil masih berdoa.
Disamping
perayaan individu tersebut, para pengikut Zoroaster masih mempunyai kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam
peringatan hari besar tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda, ada yang
pertengahan musim semi, ada yangpertengahan musim panas, dan ada yang
pertengahan musim dingin.perayaan in dirayakan denga menghadiri upacara agama
(sembahyang) di pagi hari dan kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan
dengan pesta makan bersama. Makanan yang dimakan sebelumnya di beri berkah di
dalam upacara agama yang dilaksanakan pada pagi hari tersebut. Orang-orang kaya
saling bertemu di dalam kesempatan ini yang merupakan waktu iktikad baik umum,
perselisihan didamaikan dan persahabatan diperbaharui dan diperkuat.
Upacara-upacara khusus bagi kelahiran (massa penandaan), perkawinan dan
kematian juga diajarkan dalam agama Zoroaster.[19]
Upacara penandaan atau
Navjot (secara harfiah berarti Kelahiran Baru) adalah perayaan
ketika seorang anak diterima masuk ke agama Majusi, selanjutnya dia diberikan
simbolisasi keimanan – baju (sudreh) dan korset (kusti). Upacara ini berlangsung
pada saat usia tujuh dan empatbelas tahun. Setelah pemberian ini setiap
penganut Zoroster, baik lelaki maupun wanita, memakainya siang dan malam, dan
ini menjadi baju yang dikenakan ketika akhir hayatnya.
Upacara
kedua berkaitan dengan perkawinan. Ini kewajiban yang mengikat pengikut Majusi
untuk kawin dan membesarkan anak. Bagian terpenting dari upacara perkawinan
tiga kali pengucapan dalam akad perkawinan oleh pendeta resmi, diikuti
pemberkatan Tuhan, Amesha Spentas dan Yazatas pada pasangan baru.
Perbedaan
yang mencolok dari upacara Agama Zoroaster ini berkenaan dengan kematian.
Setelah nyawa meninggalkan raganya, maka badan jasmaninya dianggap tidak suci.
Ia harus dihancurkan secepat mungkin. Ia tidak boleh disentuh elemen suci-api,
bumi, dan air. Jadi tidak dibakar, dikubur, atau tidak juga dihanyutkan kedalam
air. Ia dibiarkan dimakan oleh burung bangkai. Mayatnya diletakkan pada suatu
tempat yang disebut Menara Kesunyian yang menghadap matahari. Puncak menara
dibiarkan terbuka untuk memberi kebebasan burung-burung memakannya. Kejadian
ini cepat berlangsung sekitar setengah jam, dan kerangka mayat memutih dibawah
sinar matahari dan udara dalam waktu beberapa hari. Ini kemudian dikumpulkan
dan disimpan dalam terowongan di pusat menara, dan disana mereka remuk menjadi
debu. Kebiasaan menghancurkan mayat ini tidak pernah terjadi pada saat
Zarathushtra atau pun pada awal masa Achaemenid. Herodotus mengacu kebiasaan
penguburan diantara bangsa Persia, dan kuburan Cyrus masih ada sampai sekarang.
Menara Kesunyian (Dokhmas) datang sebagai hasil pengaruh Magi, pendeta dari Medes.
Hal dipertahankan oleh pengikut Zoroaster dengan alasan agama maupun sanitasi.[20]
D. Aliran Agama Zoroaster
Aliran Agama Agama Zoroaster diantaranya:
A. Aliran Manu
Diantara
ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:
a. Tentang
baik dan buruk
Menurut ajaran manu ini bahwa segala
kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas
roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh
jahat dengan melakukan segala kebaikan.
b. Anjuran
menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.
c. Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.
d. ‘Ibadat
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
Aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.
B. Madzdak
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.
a. Tsanwiyah
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.
b. Disahniyah
Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang
didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya
mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi.
Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah
yang diserupakan dalam bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu
ajarannya juga yang berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai
adaanya hari akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda
dengan yang lainnya.
C. Zindiq
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
E.
Sekte-sekte dalam Zoroastrianisme[21]
Terbaginya Zoroastrisme ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme.
1.
Kelompok
Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau
September
2.
Kelompok
Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau
Agustus
3.
Kelompok
Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret.
F. Pengaruh Agama Yahudi Terhadap Agama Abrahamik (Yahudi, Islam, Kristen)
Perlu diakui
bahwa dalam interaksi sosial budaya, akan terjadi pengambilan ide-ide antar
kaum/bangsa. Termasuk dalam urusan agama / kepercayaan. Zoroastrianisme adalah
sebuah agama tua yang mempunyai banyak pengaruh dalam peradaban umat manusia di
kemudian hari.
Hampir semua
ahli sejarah dunia sepakat bahwa ide ajaran yang diusung agama Abrahamik
(Yudaisme, Kristen & Islam), berasal dari Zoroastrianisme. Meski khusus
untuk Yudaisme, ada beberapa ahli sejarah yang masih memperdebatkan hal
ini. Namun,gaya bahasa dan penulisan manuskrip Zoroastrian cenderung
menunjukkan bahwa agama ini jauh lebih tua dari Yudaisme.
1. Zoroasternisme, Yudaisme, Kristen
[22]Widengren menyatakan: Kepentingan sejarah agama-agama Iran ada pada peran besar yang mereka mainkan dalam perkembangan iran dan dalam kuatnya pengaruh agama tipe Iran yang ada di Barat, khususnya pada agama Yahudi setelah masa pembuangan; pada agama-agama misterius Hellenistik seperti Mithraisme; Gnosticisme; dan Islam, dimana gagasan-gagasan iran ditemukan, baik dalam Sekte Syiah, sekte- sekte utama abad pertengahan dan pada agama (aliran) islam lain serta eskatologi populer lainnya. Widengren juga menunjukkan pengaruh Zoroastrianisme pada Perjanjian Lama selama pembuangan Babilon pada Yahudi dalam karya Die Religionen Irans (1965).
Morton Smith mungkin
yang pertama menunjukkan kemiripan antara Yesaya 40-48 dengan himne
Zoroastrianisme yang dikenal sebagai Gatha, khususnya Gatha 44.3-5: gagasan
bahwa Tuhan menciptakan terang dan gelap ada di keduanya.
a. Konsep Tuhan dan Wahyu
Ahura Mazda (juga disebut Ohrmazd, Hourmazd, Hormazd, Aramazd and Azzandara) adalah Tuhan dari peradaban Persia kuno. Ia dideskripsikan sebagai yang Maha Ada, Maha Kuasa dan Abadi, memiliki Kekuasaan dan Daya Cipta Tinggi. Tuhan ini mempunyai perantara untuk menyampaikan pesan. Ia disebut Spenta Mainyu (Roh Suci) dan mengatur jagat raya lewat para malaikat. Tapi Kekuasaan Tuhan, dihalangi oleh musuhnya, Ahriman, mirip dengan Setan, yang akan dihancurkan pada akhir dunia.
Disini
ada kemiripan dalam ajaran eskatologinya, doktrin dunia yang
melakukan regenerasi, kerajaan sempurna, kedatangan
penyelamat/messiah, kebangkitan orang mati dan hidup selama-lamanya. Ahura
Mazda menurunkan wahyu dan perintahnya pada Zoroaster digunung tempat pertemuan
suci; YHWH melakukan pertemuan yg mirip yaitu dengan Musa di gunung
Sinai
b. Konsep Penyucian
Aturan
penyucian Zoroastrian terutama praktek membuang kekotoran (yg menyebabkan
kenajisan) karena kontak dengan mayat atau materi kotor lain ada dalam
Avestan Vendidad yg hampir mirip dengan aturan kitab Imamat.
c. Masa Penciptaan
Enam
hari penciptaan dalam Kitab Kejadian mirip dengan enam
perioda penciptaan yang dituliskan dalam ayat-ayat Zoroastrian.
d. Adam & Hawa
Dalam agama abrahamik,
umat manusia berasal dari Adam dan Hawa. Sama halnya dengan Zoroastrianisme.
Mashya (lelaki) serta Mashyana (perempuan) adalah Adam dan Hawa versi agama
asli Persia ini.
e. Kisah Air Bah
Kisah
banjir bandang dalam agama Abrahamik, dideskripsikan telah menghancurkan
seluruh umat manusia kecuali sekelompok orang saleh beserta keluarganya; dalam
Avesta (kumpulan teks suci Zoroastrianisme), sebuah musim dingin
memusnahkan populasi bumi kecuali keluarga Yima di Vara. Dalam kedua
kisah tersebut, bumi diisi oleh orang-orang baru dengan sepasang makhluk
terbaik utk tiap jenis, dan lalu bumi terbagi menjadi tiga kerajaan. Tiga
anak dari penerus Yima, Thraetaona: Airya, Sairima dan Tura menjadi
pewaris dari Persia.
Ini mirip Shem,
Ham dan Japhet-nya versi Semit. Yudaisme dengan kuat dipengaruhi oleh
Zoroastrianisme jika dipandang dari sudut ilmu angelologi dan
demonolog, dan mungkin juga dalam doktrin kebangkitannya.
2. Zoroastrianisme & Islam
[23]Islam
jelas terpengaruh oleh ajaran Yudaisme dan Kristen. Beberapa kemiripan Yudaisme
dan Kristen terhadap Zoroastrianisme di atas juga ada dalam ajaran Islam.
a. Tentang Mengaji
Konsep
pembacaan ayat- ayat Quran sangat mirip dengan kepercayaan Persia yang juga
suka membacakan ayat-ayat dari Avestan Vendidad. Mereka sama-sama yakin dengan
membacakan Kitab Suci akan membantu meringankan tugas manusia dari segala
kekurangan yang didapatkan di bumi; ini penting selain bagi negara juga bagi
keselamatan jiwa masing-masing individu. Baik muslim maupun
Zoroastrian suka membaca kitab-kitab mereka sampai berhari-hari setelah
kematian salah seorang keluarga.
b.
Tentang Mizan (Timbangan)
Doktrin Islam mengenai Mizan atau timbangan (Surah 21.47), yaitu timbangan yang dipakai untuk menimbang perbuatan semua manusia, jelas berasal dari Persia. Dalam konsep ‘timbangan’ ini, umat Islam diperhitungkan nilai dari perbuatan baik dan jahatnya, seperti praktik timbangan yang sebenarnya. Nabi pernah berkata: Siapapun yang mengucapkan doa diatas tandu jenazah mendapatkan satu kirat tapi yang hadir pada saat jenazah dikebumikan mendapat dua kirat yang mana beratnya sama dengan berat gunung Chod. Sholat berjamaah punya nilai dua puluh limakali lebih banyak dari sholat individu. Dan lain sebagainya.
Doktrin Islam mengenai Mizan atau timbangan (Surah 21.47), yaitu timbangan yang dipakai untuk menimbang perbuatan semua manusia, jelas berasal dari Persia. Dalam konsep ‘timbangan’ ini, umat Islam diperhitungkan nilai dari perbuatan baik dan jahatnya, seperti praktik timbangan yang sebenarnya. Nabi pernah berkata: Siapapun yang mengucapkan doa diatas tandu jenazah mendapatkan satu kirat tapi yang hadir pada saat jenazah dikebumikan mendapat dua kirat yang mana beratnya sama dengan berat gunung Chod. Sholat berjamaah punya nilai dua puluh limakali lebih banyak dari sholat individu. Dan lain sebagainya.
Menurut
ajaran Islam, pada hari Kiamat, malaikat Jibril akan memegang timbangan
ini, sebelah menggantung diatas surga dan yang lainnya diatas neraka.
Mirip dalam Parsisme, ketika hari kiamat dua malaikat akan berdiri pada jembatan
penghubung surga dan neraka, memeriksa setiap orang yang lewat. Satu malaikat
yg mewakili Kemurahan Hati Tuhan, memegang timbangan ditangannya utk
menimbang semua perbuatan baik orang ini, jika perbuatan baiknya lebih
banyak dia akan dilewatkan ke surga; sebaliknya malaikat kedua mewakili
keadilan Tuhan, menimbang perbuatan jahat dan akan melempar mereka ke neraka.
c.
Tentang Shalat
Sholat
lima waktu muslim juga mirip dengan agama asli Persia ini. Muhammad sendiri,
mulanya menetapkan dua sholat saja. Lalu, seperti ditulis dalam Quran, sholat
ketiga ditambahkan, menjadi sholat subuh, sholat magrib dan sholat ashar,
yang berhubungan dengan tradisi Yahudi Shakharith, Minkah dan Arbith.
Terjadinya interaksi dengan kaum Zoroastrian tentu memberikan pengaruh. Semangat religius kaum Zoroastrian dikenal sangat tinggi. Ini kemudian berujung pada penetapan shalat lima waktu sebagai standar tingkat religiusitas muslim. Hal ini sama benar dengan kebiasaan Gahs (sholat)-nya orang Persia.
Terjadinya interaksi dengan kaum Zoroastrian tentu memberikan pengaruh. Semangat religius kaum Zoroastrian dikenal sangat tinggi. Ini kemudian berujung pada penetapan shalat lima waktu sebagai standar tingkat religiusitas muslim. Hal ini sama benar dengan kebiasaan Gahs (sholat)-nya orang Persia.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Abdullah al-Maghlouth, bin Sami, Atlas Agama-Agama,
Almahira, Jakarta: 2010
Ø Ali, H. A. Mukti, Agama-Agama Dunia,IAIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarya: 1988
Ø Aziz Us-Samad, Ulfat, PDF. Agama Besar Dunia,
Peshawar:1975
Øhttp://kursusislam.wordpress.com/2011/07/08/hubungan-zoroastrianisme-terhadap-agama-abrahamik/,
13 Apr. 13
[1]
Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)
[2]
Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas
Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal. 46
[4]
Ibid
[5]
H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di
Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 269
[6]
H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di
Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 270
[7]
PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama
Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 77
[9]
Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas
Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal. 47
[10]
PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama
Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 76
[12]
Maniisme atau Manikheisme adalah sebuah aliran kepercayaandualistik yang didasarkan pada ajaran-ajaran Mani. Tokoh
utama aliran ini adalah Manichaeus.
[13]
Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas
Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal. 471
[15]
H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di
Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 270
[17]
Sami Abdullah al-Maghlouth, Atlas
Agama-Agama, (Jakarta: Almahira, 2010), hal.470
[19]
H. A. Mukti Ali, Agama-Agama Di
Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1988), hal. 287
[20]
PDF. Ulfat Aziz Us-Samad, Agama
Besar Dunia,(Peshawar, 1975), hal. 91
[23]
Ibid
0 komentar:
Posting Komentar