konsep dosa dalam kristen dan Islam
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama adalah suatu ajaran yang
diyakini kebenarannya oleh manusia sebagai penganut agama tersebut. Di
Indonesia sendiri terdapat beragam agama dan memiliki ideologi yang
sangat berbeda-beda bahkan ada yang bertolak belakang antar agama, sementara
salah satu sifat manusia adalah berinteraksi dengan mahluk lain. Secara tidak
langsung antar manusia beragama pasti memiliki hubungan baik dalam
pengenmbangan ideology, pendidikan, sosial dan lain- lainnya. Sebagai agama
yang dianut oleh mayoritas munusia di dunia ini, Islam dan Kristen merupakan
agama yang selalu di sandingkan dan diperbandingkan ajarannya. Karena dalam
Islam sendiri menjelaskan tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Kristen. Mulai
dari masalah keTuhanan, Nabi, dan kitab sucinya umat Kristen.
Kejadian ataupun ajaran yang ada dalam
Injil bisa kita temukan di dalam al-Qur’an,
walapun antara pandangan al-Qur’an dan Injil tentang hal-hal tersebut kadang
berbeda. Salah satu yang menarik untuk dikaji adalah masalah dosa yang terdapat
dalam Islam dan Kristen. Konsep dosa tersebut dijelaskan dalam kitab suci kedua
agama tersebut.
Dalam Kristen masalah dosa merupakan
bagian pokok ajaran yang harus diimani, karena hal tersebut terkait dengan
lahirnya Yesus sebagai anak Tuhan, sebagai penyelamat manusia, dan pengorbanan
Yesus di tiang salib atas dosa asal manusia yang ditimbulkan oleh Adam dan
Hawa. Sedangkan Islam memandang dosa lebih sederhana karena perbuatan dosa yang
dilakukan oleh manusia merupakan tanggungjawab individu masing-masing di
hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, tulisan ini akan membahas bagaimana konsep dosa
dalam Islam dan Kristen yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Injil, serta akan
membandingkannya.
- Rumusan Masalah
1. Bagaimana
konsep dosa waris dalam kristen?
2. Bagaimana
pertentangan ayat di Alkitab tentang Dosa Waris?
3. Bagaimana
konsep dosa dalam Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
- Konsep Dosa dalam Kristen
Permasalahan dosa dalam agama Kristen merupakan satu
pokok ajaran yang wajib diimani oleh setiap umat Kristiani. Ajaran pokok ini
adalah “Pengakuan Iman Rasuli”, yang merupakan kredonya umat Kristen, Pada poin
kesepuluh dari pengakuan tersebut disebutkan “Pengampunan Dosa”. Ajaran
“Pengampunan Dosa” ini berpangkal pada ajaran tentang “dosa warisan serta
penebusannya”. Persoalan dosa, yang merupakan prinsip dasar dalam kepercayaan
Kristen ini tidak telepas tentang keadilan Tuhan, serta peran Adam dan Isa
al-Masih. Hal ini menjadi sesuatu yang selalu didiskusikan, keadilan tuhan
merupakan keadilan alamiah, dan Adam diyakini sebagai manusia pertama yang
menyebabkan seluruh manusia berdosa, dan Yesus dipercaya sebagai penebus dosa
seluruh umat manusia tersebut. Ada tiga unsur dasar pemahaman Kristen tentang
dosa :
Pertama, keadilan
Tuhan yang merupakan keadilan alamiah. Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosa
tanpa memungut ganti rugi, sebab hal itu bertentangan dengan norma-norma
keadilan mutlak. Sifat Tuhan yang inilah kemudian membuat penting bagi Kristen
tentang dosa, khususnya penebusan dosa. Kedua, manusia berdosa
karena Adam dan Hawa telah melakukan dosa. Sebagai akibatnya anak turunan
mereka mulai memperoleh dosa warisan, seolah-olah dosa-dosa itu telah
ditanamkan dalam gen-gen mereka, semenjak itu, semua anak adam lahir sebagai
penanggung dosa turunan. Ketiga, seorang manusia berdosa tidak
dapat menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain, hanya seorang yang
tidak berdosalah yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas
mengapa menurut pemahaman Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan
dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat mensucikan umat manusia dari dosa atau
menyelamatkan mereka darinya serta akibat-akibatnya. Sebagai seorang anak Adam,
nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan, yang dengannya dia telah
dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh ajaran
tersebut.[1]
Dalam hal ini, dosa warisan yang
diwariskan oleh Adam dan Hawa ketika di taman Firdaus ditanah Eden melanggar
larangan Tuhan, yaitu memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang
jahat. Sejak saat itu Adam dan Hawa diusir Tuhan ke dunia karena telah berbuat
dosa, yang mengakibatkan anak cucunya juga ikut berdosa yaitu memikul “dosa
warisan”. Demi untuk menyelaraskan antara sifat Keadilan Tuhan dan sifat belas
kasihan Tuhan, maka Tuhan lalu menyuruh anak-Nya Yesus turun ke dunia menjelma
menjadi manusia untuk disalibkan sebagai pengantara (korban Penebus Dosa)
tersebut. Dengan demikian manusia bisa terbebas dari Dosa Warisan beserta hukuman-hukumannya.
Permasalahan
tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam al-Kitab, antara lain;
Kitab
Kejadian (2):15-17;
Tuhan
Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini
kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Kitab
Kejadian (3):23-24;
Lalu
Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana
ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar,
untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Kitab
Kejadian (3):16;
Firman-Nya
kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat
banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan
berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Kejadian ini, pada dasarnya telah
diketahui oleh Tuhan sejak awal. Tuhan telah mengetahui bahwa suatu saat
manusia sangat rendah nilainya sehingga tidak dapat berkomunikasi sewajarnya
dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan (Tri Tunggal) membuat kesepakatan untuk
menyelamatkan manusia dari dosa. Akan tetapi, hal tersebut bisa terjadi jika
terpenuhi syarat-syarat penyelamatan tersebut. Syarat tersebut adalah
terjadinya perjanjian antara Tuhan Bapa yang memberikan jalan dan syarat penyelamatan
dan Allah anak yang sanggup untuk memenuhi syarat penyelamatan tersebut.
Sedangkan Roh kudus yang akan menyampaikan penyelamatan tersebut pada seluruh
manusia. Tanpa kerjasama dari ketiga Tuhan tersebut manusia tidak mungkin bebas
dari dosa.[2]
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas
bahwa peran Yesus sebagai Tuhan Anak sangatlah penting dalam proses
penyelamatan dosa manusia. Tuhan Anak yang disebut juga sebagai anak-Nya yang
tunggal tersebut, sengaja dikirim ke dunia untuk menjadi kasih bagi umat manusia.
Hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Yohanes (3): 16 ;
“Karena
begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Dia telah menganugrahkan
Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasah
melainkan memperoleh hidup yang kekal.”[3]
Di
dalam kitab efesus (5): 2, disebutkan;
“Dan
hiduplah didalam kasih, sebagaiman Kristus Yesus telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
Allah.”
Dalam Mazmur (Mzm. 51:7) dijelaskan
bahwa dosa merupakan sesuatu yang kita miliki sejak dalam kandungan, tidak saja
sebagai perbuatan yang kita lakukan semasa hidup.
Ajaran Paulus tentang penebusan dosa
oleh kematian Yesus di tiang salib adalah untuk memenuhi kembali neraca keadilan
dan kebenaran Tuhan. Manusia telah berdosa sehingga hubungan manusia dengan
Tuhan terganggu, perdamaian hanya dapat dipulihkan apabila hukuman ditimpakan
atas dosa manusia. Maka Yesuslah yang memenuhi tuntutan keadilan itu, yaitu
dengan memikul penderitaan berupa hukuman sebagai pengganti hukuman yang harus
ditimpakan kepada seluruh manusia, karena seluruh manusia berdosa.[4]
Oleh sebab itu, dalam kepercayaan
Kristen hal ini merupakan suatu yang tertanam dalam hati dan keimanan yang kuat
tentang pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus tersebut. Berhubungan dengan
ajaran Kristen tentang dosa warisan yang terdapat dan melekat pada diri
manusia, seseorang tidak akan menjadi suci selama tidak menerima Yesus Kristus
sebagai juru selamat yang mengorbankan dirinya diatas salib untuk menebus dosa
manusia. Hanya dengan pengakuan ini, seseorang dapat menuju pada pembersihan
diri yang sebenarnya dan akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu
seseorang harus berusaha membangun hubungan spiritual dengan Yesus Kristus.
Dengan demikian, roh manusia akan mendapat limpahan dari roh Yesus Kristus yang
penuh dengan rahmat, kebaikan, serta kasih sayang.[5]
- Pertentangan Ayat Di Alkitab Tentang Dosa Waris
1. Pada
kitab “Nabi Yehezkiel” pasal 18 ayat 20 (Yehezkiel 18:20) dijelaskan bahwa
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung
kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang
benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan
tertanggung atasnya”. Dalam ayat ini jelas menentang ajaran Kristen yang
menyatakan bahwa setiap manusia sejak dilahirkan sudah memikul dosa seperti
dijelaskan dalam Mazmur pasal 51 ayat 7 (Mzm. 51:7).[6]
2. Dalam
Surat kiriman Paulus kepada orang Roma pasal 5 dan 6 (Rm. 2:5-6) disebutkan
bahwa “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun
murka atas dirimu sendiri pada hari waktu dimana murka dan hukuman Allah yang
adil akan dinyatakan (5). Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya
(6).”
Ayat
itu menjelaskan bahwa setiap orang akan dibalas menurut amalnya masing-masing,
jadi bukan karena dosa waris.[7].
3. II Tawarikh 25:4 Tetapi
anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai
dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab Musa, di mana TUHAN telah
memberi perintah: “Janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak mati
karena ayahnya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri.”
4. Yeremia 31:29-30 Pada
waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi
anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya
sendiri, setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.
5. Matius 19:14
Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi
mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya
Kerajaan Sorga.”
Ayat diatas merupakan salah satu bukti bahwa setiap
anak lahir dalam keadaan suci. Sama seperti dalam Islam. Mengapa?. Karena Yesus
mengucapkan ayat ini sebelum disalib. Sedangkan konsep penebusan dosa lahir
setelah Yesus disalib. Dimana para oknum Kristen menganggap pembunuhan Yesus
sebagai penebusan atas dosa mereka. Yang menjadi pertanyaan apakah Yesus
berpendapat demikian?. Bagaimana mungkin orang yang berdosa menanggung dosa
orang lain?.
6. Matius 16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam
kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan
membalas setiap orang menurut perbuatannya
- Konsep Dosa dalam Islam
Islam
meyakini bahwa setiap bayi yang lahir dalam keadaan suci, putih ruhaninya dan
tanpa dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم : مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ.
Terjemahannya
:
“Rasulullah SAW
bersabda: setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah Kedua orang
tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi”. (HR.
Bukhari)
Fitrah yang dimaksud pada hadis diatas
adalah bersih suci tanpa dosa, jiwa yang fitrah memiliki kelembutan hati,
mengenal Tuhannya dengan benar, takut kepada Allah, mudah menerima kebenaran,
cendrung kepada kebaikan, menjauhi perbuatan dosa, dan merasa tenang hidupnya.
Seiring dengan bertambahnya umur manusia semua perbuatan manusia tersebut
berdampak kepada baik dan buruk, yang kemudian menimbulkan dosa dan pahala.
Berbicara masalah dosa dalam Islam, maka
tidak terlepas dari diri manusia itu sendiri. Masalah ini sangat erat kaitannya
dengan hakikiat manusia dan kehidupannya. Allah menciptakan segala sesuatu di
dunia ini pasti ada yang baik dan ada yang buruk, karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah. Begitu juga dengan manusia, tidak semua manusia selalu baik, akan
tetapi peran manusia dalam kehidupan di dunia ini yang akan menetukan baik dan
buruknya manusia tersebut di hadapan Sang Pencipta. Dalam artian lahirnya
manusia ke dunia ini merupakan sebuah tantangan dalam menentukan kehidupannya
dalam kebaikan atau keburukan di hadapan Allah. Manusia di beri pengetahuan
oleh Allah, sebagai pembeda manusia dengan ciptaan-ciptaan Allah lainnya di
bumi ini. Pengetahuan yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah bagian
dari potensi yang menjadi alat manusia untuk melakukan dosa disamping kebaikan.
Maka manusia dengan pengetahuannya diberikan peluang untuk menentukan
pilihannya dalam menggunakan potensinya itu. Jika pengetahuan yang dimilikinya
itu digunakan untuk kebaikan, maka kebaikan pula yang akan diterima oleh
manusia. Demikian juga jika pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk
kejahatan, maka keburukanlah yang akan menimpanya.[8] Sebagaimana
yang di jelaskan dalam al-Qur’an bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun
selain apa yang telah dia usahakan.
br&ur
}§ø©9
Ç`»|¡SM~Ï9
wÎ)
$tB
4Ótëy
ÇÌÒÈ
Terjemahannya:
“Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (QS.
An-Najm [53] : 39)
Demikianlah penjelasan al-Qur’an tentang
perbuatan manusia, bahwa seseorang sangat tergantung dengan perbuatannya
sendiri. Orang yang berdosa adalah dari hasil perbuatannya sendiri, begitu juga
dengan orang yang mendapatkan pahala, adalah dari hasil perbuatannya sendiri.
Dari keterangan al-Qur’an tersebut, dapat dilihat bahwa konsep dosa dalam Islam
sangat terkait dengan individu manusia itu sendiri. Sebagaiman disebutkan juga
dalam ayat lain, yaitu;
Ç`¨B
3ytF÷d$#
$yJ¯RÎ*sù
ÏtGöku
¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9
(
`tBur
¨@|Ê
$yJ¯RÎ*sù
@ÅÒt
$pkön=tæ
4
wur
âÌs?
×ouÎ#ur
uøÍr
3t÷zé&
3
$tBur
$¨Zä.
tûüÎ/ÉjyèãB
4Ó®Lym
y]yèö6tR
Zwqßu
ÇÊÎÈ
“Barangsiapa
yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu
untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya
Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak
dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami
mengutus seorang rasul”. (QS. Al-Isra’ [7]: 15)
Walaupun manusia berdosa bukan berarti
manusia tidak bisa terbabas dari predikat tersebut. Dengan berusaha untuk
menyadari akan perbuatan dosanya tersebut, manusia diberi kesempatan untuk
menuju keluhuran harkat dan martabatnya di hadapan Allah. Dalam hal ini
al-Qur’an mengajarkan agar selalu memohon ampun kepada Allah Swt. Atas segala
dosa yang dilakukannya. Dan al-Qur’an juga memberitahukan bahwa Allah Maha
Pengampun dan maha Pengasih, sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-nisa’
ayat 110 ;
`tBur
ö@yJ÷èt
#¹äþqß
÷rr&
öNÎ=ôàt
¼çm|¡øÿtR
¢OèO
ÌÏÿøótGó¡o
©!$#
ÏÉft
©!$#
#Yqàÿxî
$VJÏm§
ÇÊÊÉÈ
Terjemahannya :
“Dan Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun
kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. An-Nisa’ [4]: 110)
4
`tBur
öN©9
ó=çGt
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqçHÍ>»©à9$#
ÇÊÊÈ
“Dan barangsiapa
yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS.
Al-Hujurat [49]: 11)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
konsep dosa dalam Islam, merupakan dosa yang dikarenakan perbuatan melanggar
ketentuan dan ajaran-ajaran Allah oleh individu manusia itu sendiri. Dan
perbuatan dosa yang diperbuat merupakan tanggungan pribadi manusia tersebut,
karena segala sesuatu yang diperbuat akan kembali pada dirinya sendiri, baik
itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik. Hanya dengan jalan bertaubat dengan
sebenar-benarnya taubat, manusia tersebut mendapat pengampunan dari Allah Swt.
dan kembali menjadi bersih dan baik di hadapan Allah.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pandangan Kristen tentang dosa merupakan
persoalan penting dalam ajaran agamanya, bahkan sebagai pokok ajaran yang harus
diimani. Yang menjadi persoalan adalah dosa abadi atau yang dikenal juga dosa
warisan. Menurut kepercayaan Kristen semua anak cucu Adam berdosa. Dosa yang
telah dipebuat oleh nenek moyang manusia yaitu Adam dan Hawa yang berakibat
manusia menjadi berdosa secara keseluruhan. Mereka telah menjadi manusia yang
kotor karena pelanggaran yang telah dilakukannya terhadap peraturan yang telah
ditetapkan Tuhan atas dirinya. Dengan demikian Adam dan Hawa lah yang
bertanggungjawab terhadap seluruh kesalahan dan dosa-dosa keturunannya. Tidak
ada jalan yang harus mereka perbuat untuk menebus dosanya karena mereka tidak
memiliki sarana penebus dosa. Oleh sebab itu karena Tuhan memiliki cinta kasih
kepada manusia, maka diutuslah anakNya sebagai penyelamat dan penebus dosa
manusia yaitu Yesus, dengan pengorbanannya di tiang salib sebagai perantara
penebusan dosa-dosa manusia tersebut.
Dalam hal ini Islam berpandangan lain,
bahwa kesalahan yang telah dilakukan oleh Nabi Adam tidaklah turun temurun
sampai ke anak cucunya, tetapi hanya Adam lah yang bertanggungjawab atas
kesalahan yang pernah dilakukannya. Kesalahan tersebut ketika Adam memakan buah
pohon yang dilarang oleh Allah, setelah itu Nabi Adam menyesali perbuatannya
dan meminta ampun kepada Allah. Selanjutnya, nabi Adam menerima wahyu yang
berupa kalam-kalam Allah utuk dijadikan pedoman melakukan do’a dan meminta
ampun kepada Allah. Kemudian Adam melakukan do’a dengan menggunakan kalam-kalam
tersebut, dan taubat Nabi Adam ini diterima Allah Swt. Hal ini sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh al-Qur’an tentang kisah Nabi Adam dan Hawa ketika di
surga, yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 35-39.
akhirnya manusia berdosa itu karena
perbuatannya masing-masing akibat melanggar perintah Allah, bukan diwariskan
dari kesalahan Adam dan Hawa. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
seorang yang berdosa tidak mungkin menanggung dosa orang lain.
[1] Mirza Tahir Ahmad, Ajaran
Kristen dariKenyataan ke Khayalan, Terj. Abu Thavryiba (Bogor: Jemaat
ahmadiyah Indonesia, 1998), Program E-Book, dalam Bab II tentang Dosa
dan Penebusan Dosa.
[2] R. Soedarmo, Ikhsar
Dogmatik, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 116, lihat juga
dalam Mirza Tahir Ahmad, dalam Bab II tentang Dosa dan Penebusan
Dosa
[3]
Harun Hadiwiyono, iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1973), hlm.235
[4]
M. Hashem, Misteri Darah dan Penebusan Dosa; di Mata Agama Purba, Yahudi,
Kristen, dan Islam,(Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006), hlm. 246
[5] Harun Nasution, Islam Ditinjau
Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1995), hlm. 68
[6] Bahaudin Mudhary, Dialog
Masalah Ketuhanan Yesus, (Surabaya: Penerbit Pustaka Dai), hlm. 77
[7] Ibid, hlm.86
[8]
Hasyim Muhammad, Kristologi
Qur’ani; Telaah Kontekstual Doktrin Kekristenan dalam Al-Qur’an,(Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 147-148
0 komentar:
Posting Komentar